The Cultural Heritage of Kesenian Indonesia

Kesenian Indonesia merupakan identitas nasional di Indonesia. Banyak generasi muda menghargai perkembangan globalisasi berkurang memenuhi kesenian tradisional.

Acara terbesar dalam kesenian indonesia adalah Pesta Kesenian Bali. Ini menarik perhatian penduduk lokal, wisatawan, dan media. Festival ini merupakan kombinasi seni dan spiritualitas. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi, wawancara, dan FGD.

Warisan budaya

Warisan budaya Kesenian Indonesia kaya dan beragam. Ini mencakup berbagai bentuk seni, termasuk sastra, musik, dan lukisan. Selain itu, mencakup berbagai tradisi dan kerajinan tekstil tradisional. Ini juga mencakup berbagai etnis dan variasi regional.

Penting untuk memantau kebebasan artistik. Hal ini dapat membantu mencegah pelanggaran dan meminta pertanggungjawaban pelaku di masa depan. Selain itu juga dapat dijadikan sebagai sarana pemberdayaan komunitas seni Indonesia.

The karya-karya kesenian yang ditunjuk oleh perusahaan inovasi, dimana berkaitan dengan inovasi, dan keberhasilan, termasuk seni lukis, seni patung, seni kuda, seni kriya, desain mode, dan fotografi. Segmen kedua dimana berkaitan dengan musik, tari, dan teater. Segmen tersebut merupakan kesenian yang diharapkan untuk mencerminkan ketakutan tradisional dan keragaman suku bangsa.

Bahasa

Di Indonesia, terdapat banyak bahasa berbeda yang digunakan. Bahasa nasionalnya adalah Bahasa Indonesia, tetapi ada juga banyak bahasa daerah dan bahasa ibu. Beberapa di antaranya merupakan pelajaran wajib dalam kurikulum pendidikan dasar. Di antaranya bahasa Jawa untuk wilayah Jawa, bahasa Sunda untuk wilayah Sunda, bahasa Madura untuk wilayah Madura, dan bahasa Jawi untuk wilayah Melayu.

Keberagaman bahasa di Indonesia harus dilestarikan sebagai bagian dari warisan budaya negara. Hal ini sejalan dengan prinsip Pluralitas dan Komunikasi yang dijelaskan oleh Collins. Namun penting untuk memastikan bahwa bahasa daerah tidak mengganggu perkembangan bahasa nasional. Hal ini dicapai dengan memastikan bahwa kata-kata pinjaman tidak menunjukkan asimilasi fonologis. Misalnya, vokal tak membulat punggung tinggi /W/ merupakan bunyi bahasa Aceh yang harus dipertahankan.

Bentuk seni

Bentuk seni Indonesia beragam dan dapat dilihat di seluruh negeri. Beberapa dari seni ini termasuk lukisan dan patung yang menggugah. Lainnya adalah drama tari tradisional dan musik. Beberapa di antaranya berakar pada kepercayaan animisme kuno dan pemujaan leluhur, sementara yang lain dipengaruhi oleh motif Hindu atau Budha atau simbol Tiongkok atau Islam.

Bentuk kesenian lainnya termasuk wayang kulit, teater wayang kulit yang terdaftar sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi oleh UNESCO pada tahun 2003. Diiringi oleh gamelan dan alat musik lainnya di Jawa dan Bali.

Banyak seniman Seni Baru yang memasukkan kritik sosial dalam karyanya. Mereka juga merefleksikan tragedi-tragedi tertentu dalam sejarah Indonesia seperti pembunuhan massal pada masa rezim Suharto.

Musik

Musik merupakan salah satu warisan budaya terpenting Indonesia. Ini adalah ekspresi identitas komunitas, nilai-nilai sosial dan spiritual, serta konteks sejarah dan geografis. Ini juga merupakan media ekspresi emosi dan gagasan manusia.

Musik Indonesia telah menarik perhatian dunia. Ini telah mempengaruhi komposer musik seni terkemuka Eropa dan Amerika, termasuk Claude Debussy (Prancis) dan Colin McPhee (Kanada).

Institut Kesenian Jakarta (IKJ) telah berupaya keras untuk meningkatkan kesadaran akan kekayaan budaya ini. Tujuannya adalah untuk memajukan seni Indonesia di tingkat lokal, regional dan internasional melalui program studi musik dan etnomusikologi. Hal ini juga berupaya melestarikan alat musik tradisional dan tekniknya. Hal ini dilakukan melalui penelitian, pelatihan, dan pendidikan.

literatur

Sastra Indonesia yang muncul pada era ini seringkali bersifat kritis terhadap pemerintah. Bahkan, para pengarang karya sastra tersebut sudah menyuarakan kritiknya melalui media sosial di akun Instagramnya. Artikel ini berfokus pada kritik-kritik tersebut, serta bagaimana kritik tersebut diproduksi dan dipahami dalam konteks sastra milenial Indonesia.

Dengan berfokus pada pokok bahasan sehari-hari dibandingkan momen dramatis dalam sejarah Indonesia, penyelidikan puitis Jendela melahirkan perspektif baru untuk mengamati dan mempertanyakan sistem dan konvensi sosio-kultural yang lebih luas yang mengkondisikan kehidupan pada masa reformasi ini. Hal ini merupakan kontribusi mendasar bagi pengembangan otonomi seni di tanah air.

Ini juga merupakan periode di mana seniman menghadapi diskriminasi langsung dari para pendukung organisasi Islam, karena penggunaan roh dan sihir serta koreografi erotis atau sensual yang bertentangan dengan Islam ortodoks.